Ballroom Extravaganza - DPR IAN (Lyric + Fan Theory)
Sabtu, 20 April 2024
Selasa, 09 April 2024
Aku lupa tepatnya kapan, tapi nggak mengharapkan apa apa dari dunia rasanya cukup mendamaikan. Tidak mengharapkan apapun dari orang lain rasanya cukup membuat tenang. Pada akhirnya aku menyadari kalau aku lahir sendiri dan harus bisa berdiri di atas kaki sendiri. Bukan hak-ku juga untuk menentukan hidup orang lain kan.
Aku memilih untuk mati di umur 70. Tapi aku mau pasangan hidupku hidup lebih lama dari itu. Sudah pernah kubilang, satu satunya yang membuatku terikat dan mau untuk hidup lebih lama karena dia. Satu-satunya keterikatan yang sangat sulit kulepas adalah perasaan yang melekatkan kami ini.
Aku tak mau berumur terlalu panjang. Jika waktunya sebelum itu pun tidak masalah. Mungkin memang yang harus keselesaikan di hidup ini sudah selesai semua dan waktunya melanjutkan perjalanan. Rasanya narsistik sekali kalau berpikir hidupku mempengaruhi hidup orang lain. Pun jika memang begitu, semuanya adalah campur tangan tuhan.
Sejauh ini aku melangkah rasanya seperti kilatan cahaya, sangat cepat. Ya, begitu kata Bhagawan Wararuci. Dulu aku berpikir untuk mengejar harta benda untuk kesenangan pribadi. Nyatanya sekarang aku mengejar itu untuk kepentingan orang lain juga. Sejauh yang aku tau itu yang diinginkan Beliau. Itu pula yang aku baca dari Bhagavad Gita.
Aku sedang berlatih melakukan segala sesuatu sebagai sebuah persembahan. Kalau kamu bertanya kenapa aku begini dan begitu. Jawabannya cuma satu. Aku lakukan untuk Tuhan. Karena aku percaya saat ini, satu satunya yang bisa membawaku pada kebahagiaan yang kekal hanyalah saat aku menyatu denganNya dan tidak harus kembali kesini. Aku bahagia karena Tuhan mau aku seperti itu, Tuhan tidak mau aku tenggelam dalam kesedihan, amarah dan gelisah. Jadi aku mengupayakan hal itu.
Tapi kalau boleh request, aku mau hidup sampai umur 70 dan tidak sampai menyusahkan siapapun.
Rabu, 27 Maret 2024
Monster
Jumat, 12 Januari 2024
Minggu, 04 Desember 2022
I don't wanna go back.
"Ga usah balik yuk?"
Ucap hatiku suatu ketika.
"Kenapa?" tanyaku.
Rasanya menyenangkan hidup seperti ini. Bangun di pagi hari. Di dekap kenyamanan yang bisa ku sebut rumah. Bercerita apapun tanpa rasa takut. Jauh dari ekspetasi manusia lain. Punya waktu untuk memikirkan diri sendiri. Jauh dari riuh masalah yang kadang sebenarnya bukan tanggung jawabku.
Aku tidak butuh dikenal banyak orang. Aku tidak peduli mereka memandangku seperti apa. Karena sesungguhnya yang terdekatlah yang tau bagaimana aku sebenarnya. Aku tak butuh dipandang sebagai pahlawan. Aku tak butuh apresiasi, karena bagaimana aku bisa mengapresiasi diriku jauh lebih baik daripada mendengarkan sanjungan sanjungan palsu itu.
Mereka tidak perlu tau aku telah melakukan apa. Mereka tidak perlu tau bagaimana aku berjuang dan bertahan. Karena meskipun mereka tau, mereka sebenarnya tidak terlalu peduli.
Mereka tidak perlu tau apa saja yang sudah berhasil aku capai. Mereka tidak perlu tau tentang aku. Sepertinya menjadi bukan siapa siapa jauh lebih tenang daripada menjadi seseorang yang menjadi pusat lampu sorot.
Aku tak suka terlihat. Aku tak butuh sorot lampu itu. Karena mereka yang peduli, pasti tau aku dimana. Kalaupun tak ada yang mencariku, tak apa. Melihat keramaian itu dari kejauhan pun sudah cukup. Jujur saja, aku tidak berminat bergabung.
Rasanya lebih menyenangkan menjadi penonton. Karena sebagian dari mereka kadang menolak saat aku ingin bergabung.
"Jadi bagaimana? Bukankah lebih baik disini saja. Kalau selama ini kau tak pernah rasakan apa itu rumah, kenapa tak kau bangun saja istanamu sendiri?"