Kadang rasanya doa doa orang sekitar untukku tak semata mata agar aku bahagia saja. Tapi bagimana doa doa itu juga karna mereka akan diuntungkan dengan bahagia yang kudapat. Pikiranku yang jahat? Nethink mulu, ga jelas bgt. Pasti beberapa akan bilang begitu.
Aku lupa tepatnya kapan aku mulai berhenti mengharapkan sesuatu dari orang lain dan cuma percaya sama diri sendiri. Dan menyadari kalau aku sebenarnya datang sendiri ke sini, mati juga sendiri. Ga mungkin juga mati mau ajak ajak orang lain kan. Rasanya pengen berjuang untuk diri sendiri, untuk kebahagiaan sendiri.
Katanya, "emang apa sih yang kamu kejar? hidup itu yang penting bahagia.". Tau kan omongan sama perilaku orang orang sering banget nggak sinkron. Bilangnya sih gitu, tapi pas ijin buat cari kebahagiaan itu malah dihalang-halangi.
Katanya "apa lagi sih yang bikin stress, kayak gini aja harusnya kamu bersyukur". Gak cukup sampe disitu, belum lagi jadi banding-bandingin betapa lemahnya aku dibanding dia. Adu nasib gak pernah bisa terelakkan.
Seolah olah yang kita rasakan itu gak sepatutnya utk dirasakan. Hidup bersama tapi rasanya gak sama sama. Hidup bersama tapi ga ada yang tau keadaan satu sama lain. Kalau ada orang orang yg tinggal sendirian di luar sana terus ngeluh mikir kita kita yang stay dirumah ini baiknya bersyukur bersyukur dan bersyukur. Coba sini, tuker posisi yuk sama aku. Mungkin di keluarga kamu enak, tapi ga semua keluarga sama. Kita ga tau strugle apa yang orang rasain. Please jaga omongan dan ketikan.
Ketika dengan susah payah menyembunyikan hati yang makin lama makin ga karuan bentuknya. Ga mau bawa bad vibes ke orang lain. Di sisi lain ada yang seenaknya menyebar bad vibes memaksa untuk dimengerti tapi ga pernah mau ngerti.
Kadang bingung mau cerita ke siapa.
Katanya, jauh jauh dari lingkungan toxic. Tapi gimana kalau yg toxic itu salah satu anggota keluarga sendiri? Beberapa orang mencoba mendengarkan, berharap bisa bantu cari solusi, tapi ternyata solusi itu sudah pernah aku coba semua dan hasilnya nihil. Akhirnya beberapa dari mereka ikut terhanyut dengan cerita sedihku dan berakhir dengan tatapan simpati yang mengkasihani. Ya, cerita sama orang yang ga ada dalam perahu yang sama emang sulit ya.
Gimana orang yang naik kapal bisa tau gimana susahnya mengayuh sampan?
Beberapa kaget dibalik aku yang sangat aku ini, ternyata ada aku yang lain. Tatapan mereka berubah seolah tak percaya dengan apa yang aku ceritakan. Kata mereka "Kamu orang paling positif yang pernah aku kenal, seriusan kamu ngalamin itu?"
Pengen nangis, tapi akhirnya cuma senyum sambil bilang "Sori ya, jadi cerita banyak". Gak banyak yang bisa mereka bilang, dan selalu di akhiri dengan "Semangat ya day"