untitled

Sabtu, 09 Oktober 2021

Kadang rasanya doa doa orang sekitar untukku tak semata mata agar aku bahagia saja. Tapi bagimana doa doa itu juga karna mereka akan diuntungkan dengan bahagia yang kudapat. Pikiranku yang jahat? Nethink mulu, ga jelas bgt. Pasti beberapa akan bilang begitu.

Aku lupa tepatnya kapan aku mulai berhenti mengharapkan sesuatu dari orang lain dan cuma percaya sama diri sendiri. Dan menyadari kalau aku sebenarnya datang sendiri ke sini, mati juga sendiri. Ga mungkin juga mati mau ajak ajak orang lain kan. Rasanya pengen berjuang untuk diri sendiri, untuk kebahagiaan sendiri. 

Katanya, "emang apa sih yang kamu kejar? hidup itu yang penting bahagia.". Tau kan omongan sama perilaku orang orang sering banget nggak sinkron. Bilangnya sih gitu, tapi pas ijin buat cari kebahagiaan itu malah dihalang-halangi. 

Katanya "apa lagi sih yang bikin stress, kayak gini aja harusnya kamu bersyukur". Gak cukup sampe disitu, belum lagi jadi banding-bandingin betapa lemahnya aku dibanding dia. Adu nasib gak pernah bisa terelakkan. 

Seolah olah yang kita rasakan itu gak sepatutnya utk dirasakan. Hidup bersama tapi rasanya gak sama sama. Hidup bersama tapi ga ada yang tau keadaan satu sama lain. Kalau ada orang orang yg tinggal sendirian di luar sana terus ngeluh mikir kita kita yang stay dirumah ini baiknya bersyukur bersyukur dan bersyukur. Coba sini, tuker posisi yuk sama aku. Mungkin di keluarga kamu enak, tapi ga semua keluarga sama. Kita ga tau strugle apa yang orang rasain. Please jaga omongan dan ketikan.

Ketika dengan susah payah menyembunyikan hati yang makin lama makin ga karuan bentuknya. Ga mau bawa bad vibes ke orang lain. Di sisi lain ada yang seenaknya menyebar bad vibes memaksa untuk dimengerti tapi ga pernah mau ngerti.

Kadang bingung mau cerita ke siapa. 

Katanya, jauh jauh dari lingkungan toxic. Tapi gimana kalau yg toxic itu salah satu anggota keluarga sendiri? Beberapa orang mencoba mendengarkan, berharap bisa bantu cari solusi, tapi ternyata solusi itu sudah pernah aku coba semua dan hasilnya nihil. Akhirnya beberapa dari mereka ikut terhanyut dengan cerita sedihku dan berakhir dengan tatapan simpati yang mengkasihani. Ya, cerita sama orang yang ga ada dalam perahu yang sama emang sulit ya. 

Gimana orang yang naik kapal bisa tau gimana susahnya mengayuh sampan?

Beberapa kaget dibalik aku yang sangat aku ini, ternyata ada aku yang lain. Tatapan mereka berubah seolah tak percaya dengan apa yang aku ceritakan. Kata mereka "Kamu orang paling positif yang pernah aku kenal, seriusan kamu ngalamin itu?" 

Pengen nangis, tapi akhirnya cuma senyum sambil bilang "Sori ya, jadi cerita banyak". Gak banyak yang bisa mereka bilang, dan selalu di akhiri dengan "Semangat ya day"

What if : Bestfriend

Rabu, 06 Oktober 2021

Kenapa ya orang orang yang dari sahabatan terus akhirnya pacaran itu pada gemes gemes gitu. Walaupun keberadaannya bikin teori "cewek dan cowok bisa jadi sahabat tanpa ada perasaan lebih" jadi makin ga valid dan mengkhawatirkan bagi orang yang pasangannya punya sahabat lawan jenis.

Tapi gini gini...
Aku dan pacarku itu dari awal kayak udah sadar gitu kalau kita ada perasaan satu sama lain. Oke iya, dia yang mulai dengan santainya ngegandeng tanganku pas hari pertama ketemu. Setelah 4 bulan kenal dan cuma ngobrol secara virtual. Jadi kan perasaanku berkembang ya, padahal awalnya aku ga mikir ke arah situ, tapi karena doi begitu jadi perkembangan bunga bunga asmaranya jadi express.

Tapi gini gini ...
WHAT IF , gimana seandainya awal awal tuh kita dengan obrolan super seru yang kita miliki itu tuh mulai melabeli hubungan itu sebagai "persahabatan" . Iya ga langsung mikir kalau oke dia partner yang dalam artian pacar gitu. Terus tiba tiba makin lama baru dia bilang kek "eh aku ada suka sama orang nih," 
terus ku jawab "oh ya? Kamu tembak dong dia" sambil dalem hati mulai ada retakan retakan kecil, uhuy.
Terus dia bilang "tapi gimana ya bilangnya?" , terus aku yang kek "ya tinggal bilang aja lah, gampang."
Terus dia bilang "Mau gak jadi pacarku?" , terus aku bilang "iya kayak gitu bener." dan hatiku mulai ga karuan, hiks.
Terus dia bilang lagi "Iya, kamu mau gak?" 

Terus aku yang kayak "eh gimana gimana?" berusaha stay cool

padahal dalam hati dah ASHDKHAGYWHKDAJFOWEHFKASJGDFAO

Oke cringe banget.

Dah gitu aja sih. Hahahahhaha.

Good Morning From September 2022

Sabtu, 02 Oktober 2021

Bangun pukul 5.30 rupanya menjadi suatu kebiasaan akhir akhir ini. Udara segar di pagi hari menjadi sesuatu hadiah langka dari dunia yang tidak rela aku lewatkan. Ada angin yang bertiup lambat dari halaman belakang, kadang membuatku merinding tapi ada perasaan tenang yang aneh juga. Intinya aku menyukainya. 30 menit menjadi waktu untuk diriku sendiri dan dunia. Jangan lupa segelas teh dengan aroma peach hangat atau secangkir good day rasa kacang. Tergantung moodku. 

Dibelahan dunia lain, mereka sedang bersuka cita menyambut musim gugur di bulan oktober. Kalau disini seharusnya bulan depan sudah musim hujan. Selamat datang hari hari dengan menu makan siang mi kuah. Hahahahaha. Atau soto, kari, dan makanan hangat berkuah lainnya. Selamat datang aroma tanah basah. Selamat datang malam malam dingin yang membuat tidur lebih nyenyak di bawah selimut. Setidaknya aku tidak perlu mendengarkan suara hujan dari youtube lagi. Tapi akhir akhir ini cuaca tak menentu, jadi mari berdoa saja.

Pukul 6.00.
Ada seseorang yang harus kubangunkan sebelum menyiapkan bekal makan siang. Iya, memang agak sulit dibangunkan, kadang juga memaksaku untuk balik tergoda untuk tidur lagi. Biasanya butuh 30 menit, tapi kali ini lebih cepat.

Kali ini bekalnya sederhana. Perkedel kentang yang tinggal di goreng. Sayur + bumbu kacang. Atau biasa kita kenal dengan nama pecel. Emang selalu sederhana sih. Kemampuanku masakku tidak terlalu bisa diandalkan. 

Pukul 7.00
Selalu lebih menyenangkan bekerja setelah rumah bersih. Jadi mari menyapu lantai dan membereskan beberapa hal yang berantakan. Contohnya sampah teh kotak yang entah kapan berada di meja. Ya, aku tau pelakunya siapa. Mencuci piring juga (yang ini tidak terlalu favorit)
Memisahkan beberapa baju yang bisa kucuci sendiri dan beberapa harus ku percayakan pada jasa laundry. 
Menyiram beberapa tanaman hias kesayanganku. Tidak banyak karena aku pun tak mau repot. 

Pukul 8.00
Aku suka air dingin. Minum air dingin lebih efektif mengusir rasa ngantuk. Selalu tergoda untuk tidur lagi jam-jam segini. Ya kadang aku lemah dan tidur lagi sampai pukul 10.00 hahaha.
Mulai mengerjakan segala pekerjaan yang harus ku kerjakan. Membalas chat, perencanaan marketing, packing, memesan keperluan yang sudah menipis persediannya, dan banyak lagi.

Sebenarnya ga banyak berubah. Tapi aku cukup menikmati rasa hening ini. Rasanya aku bisa lebih bisa mengendalikan kondisiku. Lebih produktif dan lebih damai. Entah sampai kapan ini bertahan. Sampai akhirnya nanti  ada langkah langkah kecil dengan rasa penasaran yang tinggi selalu aktif bertanya tentang apa yang aku kerjakan. Untuk saat ini seperti ini saja sudah cukup. 

Btw, good morning!
 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS