saat ini aku merasa seperti pecundang

Rabu, 22 Desember 2021

Aku tau blog ini ga ada yang baca, jadi aku mau blak blak-an aja. Terutama buat orang orang di luar sana yang berhasil menemukan hidupnya. Hidup dalam hidupnya. Free and alive!

Aku pernah membayangkan kehidupan yang begitu menyenangkan suatu hari. Bekerja sesuai passion, ikut kegiatan sosial sesekali dan membantu sesama hanya karena aku ingin melakukan. Kenal dengan orang orang hebat dan ikut menjadi hebat setelahnya. 
Aku pernah membayangkan aku yang independent itu sedang bersantai setelah lelah seharian, dengan secangkir teh hangat di malam hari dan camilan + tontonan yang ringan dan menghibur.
Aku pernah membayangkan hidup tanpa bayang bayang ekspetasi orang lain, melakukan sesuatu karena hal itu yang aku yakini harus aku lakukan. Tanpa ada yang bilang "mending ini atau mending itu"

Aku pernah membayangkan hidup dimana aku adalah penentu dari semuanya. Penentu dari jalan apa yang aku ambil, apa yang ingin aku lakukan, kemana kaki ku akan melangkah, jam berapa aku akan pulang, dan lainnya.

Sebenarnya aku masih memikirkan dan membayangkannya sampai sekarang.

Aku berkali kali takjub pada mereka yang berani mengambil langkah besar. Keluar dari zona nyamannya yang aku tau kalau itu tidak sepenuhnya nyaman. Berani menentukan arah hidupnya. Tau kalau dia datang kesini untuk hidup, bukan untuk dipenjara akan hal hal yang sebenarnya tak pernah ia inginkan. Hal hal yang tak pernah ia yakini, hal hal yang tak pernah iya pahami, hal hal yang berbeda dari prinsipnya. 

Menghirup udara dengan rasa yang berbeda. Melangkah dengan penuh makna. Melihat dunia dari sudut yang berbeda. 

Sedangkan aku terlalu pengecut untuk berani mengambil langkah. Aku si pemain aman.
Kapan aku bisa berontak?

2021 IS GREAT, 2022 IS MORE !!

Jumat, 17 Desember 2021

Throwback dari gimana aku mengawali tahun ini dengan RESIGN di bulan Februari. Hahahahha, Resign buat seorang dayu ini udah bukan lagi hal yang mengagetkan. Karena ya kapan sih aku bisa bertahan di satu tempat kerja lebih dari setahun. Sama sekali gak pernah. Alasannya juga ga beda beda jauh sih.

Jujur aja nih, dari segi pertahanan diri emang aku lemah banget. Kalau udah ga nyaman rasanya bener bener mau langsung kabur aja dari tempat itu. Ya awalnya seru sih, tapi entah kenapa keadaan selalu ngebawa aku harus berhadapan lagi sama yang namanya RESIGN.

Oke, skip!
Walaupun di awali dengan RESIGN. Tapi di tahun ini aku bener bener mengalami kemajuan. Dan satu persatu mulai keliatan jalan yang awalnya gelap gulita itu. Iya! Akhirnya aku kembali ke jalur JUALAN, setelah berhenti sekian lama. Hehehehe.
Seriusan deh Tahun ini menurut aku keren, dan sungguh aku menikmati jalanku untuk berproses di Tahun ini. Walaupun pastinya ga bisa jauh juga dari masalah dan banyak hal kurang menyenangkan. Tapi aku mulai bisa sedikit demi sedikit berdamai dengan itu. 
 
Tahun 2021 memang diawali dengan penuh ketidaksiapan. Tapi siapa sangka bisa berjalan sebaik ini. Walaupun masih saja belum bisa sebaik yang lain. Tapi ini jauh lebih baik dari aku yang sebelumnya. Hahhaha. Sungguh keren!
 
Karena itu aku rasa kalau 2022 aku membuat plan yang mantap, pasti tahun 2022 akan jadi jauh lebih baik dari tahun 2021. Entah kenapa aku sangat yakin. Akan banyak hal baru yang menyenangkan sudah menanti untuk dijelajahi. Pintu yang lama tertutup itu akhirnya bisa kuintip sedikit sedikit. Celah kecilnya seakan memanggilku dan bilang "ayo cepat kesini dan bukalah!" 

Tinggal menghitung hari dan saat saat itu akan tiba. Bagaimanapun juga tahun 2022 akan menjadi awal yang baru. Yang akhirnya membuka banyak kesempatan dan peluang untuk banyak hal baik. 
Hai creator! Apa Kau melihatku? Sungguh, jangan tunggu lama lagi, ayo tunjukkan saja jalannya. Aku memang agak kurang siap, tapi memang aku tidak akan pernah siap. Aku tidak pernah siap sampai akhirnya aku memulainya. Aku siap karena aku memulai, bukan memulai karena aku siap.

2021 sangatlah keren, dan 2022 pasti lebih keren lagi. Aku percaya!

untitled

Sabtu, 09 Oktober 2021

Kadang rasanya doa doa orang sekitar untukku tak semata mata agar aku bahagia saja. Tapi bagimana doa doa itu juga karna mereka akan diuntungkan dengan bahagia yang kudapat. Pikiranku yang jahat? Nethink mulu, ga jelas bgt. Pasti beberapa akan bilang begitu.

Aku lupa tepatnya kapan aku mulai berhenti mengharapkan sesuatu dari orang lain dan cuma percaya sama diri sendiri. Dan menyadari kalau aku sebenarnya datang sendiri ke sini, mati juga sendiri. Ga mungkin juga mati mau ajak ajak orang lain kan. Rasanya pengen berjuang untuk diri sendiri, untuk kebahagiaan sendiri. 

Katanya, "emang apa sih yang kamu kejar? hidup itu yang penting bahagia.". Tau kan omongan sama perilaku orang orang sering banget nggak sinkron. Bilangnya sih gitu, tapi pas ijin buat cari kebahagiaan itu malah dihalang-halangi. 

Katanya "apa lagi sih yang bikin stress, kayak gini aja harusnya kamu bersyukur". Gak cukup sampe disitu, belum lagi jadi banding-bandingin betapa lemahnya aku dibanding dia. Adu nasib gak pernah bisa terelakkan. 

Seolah olah yang kita rasakan itu gak sepatutnya utk dirasakan. Hidup bersama tapi rasanya gak sama sama. Hidup bersama tapi ga ada yang tau keadaan satu sama lain. Kalau ada orang orang yg tinggal sendirian di luar sana terus ngeluh mikir kita kita yang stay dirumah ini baiknya bersyukur bersyukur dan bersyukur. Coba sini, tuker posisi yuk sama aku. Mungkin di keluarga kamu enak, tapi ga semua keluarga sama. Kita ga tau strugle apa yang orang rasain. Please jaga omongan dan ketikan.

Ketika dengan susah payah menyembunyikan hati yang makin lama makin ga karuan bentuknya. Ga mau bawa bad vibes ke orang lain. Di sisi lain ada yang seenaknya menyebar bad vibes memaksa untuk dimengerti tapi ga pernah mau ngerti.

Kadang bingung mau cerita ke siapa. 

Katanya, jauh jauh dari lingkungan toxic. Tapi gimana kalau yg toxic itu salah satu anggota keluarga sendiri? Beberapa orang mencoba mendengarkan, berharap bisa bantu cari solusi, tapi ternyata solusi itu sudah pernah aku coba semua dan hasilnya nihil. Akhirnya beberapa dari mereka ikut terhanyut dengan cerita sedihku dan berakhir dengan tatapan simpati yang mengkasihani. Ya, cerita sama orang yang ga ada dalam perahu yang sama emang sulit ya. 

Gimana orang yang naik kapal bisa tau gimana susahnya mengayuh sampan?

Beberapa kaget dibalik aku yang sangat aku ini, ternyata ada aku yang lain. Tatapan mereka berubah seolah tak percaya dengan apa yang aku ceritakan. Kata mereka "Kamu orang paling positif yang pernah aku kenal, seriusan kamu ngalamin itu?" 

Pengen nangis, tapi akhirnya cuma senyum sambil bilang "Sori ya, jadi cerita banyak". Gak banyak yang bisa mereka bilang, dan selalu di akhiri dengan "Semangat ya day"

What if : Bestfriend

Rabu, 06 Oktober 2021

Kenapa ya orang orang yang dari sahabatan terus akhirnya pacaran itu pada gemes gemes gitu. Walaupun keberadaannya bikin teori "cewek dan cowok bisa jadi sahabat tanpa ada perasaan lebih" jadi makin ga valid dan mengkhawatirkan bagi orang yang pasangannya punya sahabat lawan jenis.

Tapi gini gini...
Aku dan pacarku itu dari awal kayak udah sadar gitu kalau kita ada perasaan satu sama lain. Oke iya, dia yang mulai dengan santainya ngegandeng tanganku pas hari pertama ketemu. Setelah 4 bulan kenal dan cuma ngobrol secara virtual. Jadi kan perasaanku berkembang ya, padahal awalnya aku ga mikir ke arah situ, tapi karena doi begitu jadi perkembangan bunga bunga asmaranya jadi express.

Tapi gini gini ...
WHAT IF , gimana seandainya awal awal tuh kita dengan obrolan super seru yang kita miliki itu tuh mulai melabeli hubungan itu sebagai "persahabatan" . Iya ga langsung mikir kalau oke dia partner yang dalam artian pacar gitu. Terus tiba tiba makin lama baru dia bilang kek "eh aku ada suka sama orang nih," 
terus ku jawab "oh ya? Kamu tembak dong dia" sambil dalem hati mulai ada retakan retakan kecil, uhuy.
Terus dia bilang "tapi gimana ya bilangnya?" , terus aku yang kek "ya tinggal bilang aja lah, gampang."
Terus dia bilang "Mau gak jadi pacarku?" , terus aku bilang "iya kayak gitu bener." dan hatiku mulai ga karuan, hiks.
Terus dia bilang lagi "Iya, kamu mau gak?" 

Terus aku yang kayak "eh gimana gimana?" berusaha stay cool

padahal dalam hati dah ASHDKHAGYWHKDAJFOWEHFKASJGDFAO

Oke cringe banget.

Dah gitu aja sih. Hahahahhaha.

Good Morning From September 2022

Sabtu, 02 Oktober 2021

Bangun pukul 5.30 rupanya menjadi suatu kebiasaan akhir akhir ini. Udara segar di pagi hari menjadi sesuatu hadiah langka dari dunia yang tidak rela aku lewatkan. Ada angin yang bertiup lambat dari halaman belakang, kadang membuatku merinding tapi ada perasaan tenang yang aneh juga. Intinya aku menyukainya. 30 menit menjadi waktu untuk diriku sendiri dan dunia. Jangan lupa segelas teh dengan aroma peach hangat atau secangkir good day rasa kacang. Tergantung moodku. 

Dibelahan dunia lain, mereka sedang bersuka cita menyambut musim gugur di bulan oktober. Kalau disini seharusnya bulan depan sudah musim hujan. Selamat datang hari hari dengan menu makan siang mi kuah. Hahahahaha. Atau soto, kari, dan makanan hangat berkuah lainnya. Selamat datang aroma tanah basah. Selamat datang malam malam dingin yang membuat tidur lebih nyenyak di bawah selimut. Setidaknya aku tidak perlu mendengarkan suara hujan dari youtube lagi. Tapi akhir akhir ini cuaca tak menentu, jadi mari berdoa saja.

Pukul 6.00.
Ada seseorang yang harus kubangunkan sebelum menyiapkan bekal makan siang. Iya, memang agak sulit dibangunkan, kadang juga memaksaku untuk balik tergoda untuk tidur lagi. Biasanya butuh 30 menit, tapi kali ini lebih cepat.

Kali ini bekalnya sederhana. Perkedel kentang yang tinggal di goreng. Sayur + bumbu kacang. Atau biasa kita kenal dengan nama pecel. Emang selalu sederhana sih. Kemampuanku masakku tidak terlalu bisa diandalkan. 

Pukul 7.00
Selalu lebih menyenangkan bekerja setelah rumah bersih. Jadi mari menyapu lantai dan membereskan beberapa hal yang berantakan. Contohnya sampah teh kotak yang entah kapan berada di meja. Ya, aku tau pelakunya siapa. Mencuci piring juga (yang ini tidak terlalu favorit)
Memisahkan beberapa baju yang bisa kucuci sendiri dan beberapa harus ku percayakan pada jasa laundry. 
Menyiram beberapa tanaman hias kesayanganku. Tidak banyak karena aku pun tak mau repot. 

Pukul 8.00
Aku suka air dingin. Minum air dingin lebih efektif mengusir rasa ngantuk. Selalu tergoda untuk tidur lagi jam-jam segini. Ya kadang aku lemah dan tidur lagi sampai pukul 10.00 hahaha.
Mulai mengerjakan segala pekerjaan yang harus ku kerjakan. Membalas chat, perencanaan marketing, packing, memesan keperluan yang sudah menipis persediannya, dan banyak lagi.

Sebenarnya ga banyak berubah. Tapi aku cukup menikmati rasa hening ini. Rasanya aku bisa lebih bisa mengendalikan kondisiku. Lebih produktif dan lebih damai. Entah sampai kapan ini bertahan. Sampai akhirnya nanti  ada langkah langkah kecil dengan rasa penasaran yang tinggi selalu aktif bertanya tentang apa yang aku kerjakan. Untuk saat ini seperti ini saja sudah cukup. 

Btw, good morning!

Let's talk about : Future

Kamis, 30 September 2021

 Ngomongin tentang masa depan ada dua perasaan yang selalu muncul ketika memikirkannya.
Yang pertama adalah excited! dan yang kedua adalah dying. Iya, sangat bertolak belakang bukan?
Tapi aku punya alasan kenapa selalu dua perasaan itu yang muncul.

Excited!
Yaps, ketika aku memikirkannya aku selalu membayangkan sebuah kehidupan sederhana dimana aku bisa hidup dengan cara hidup yang lebih lambat dari biasanya. (Sekarang? Rasanya hidup kayak di kejar setan bernama TARGET. Terpaksa hidup serba cepat. Bahkan buat bengong bengong pagi pagi aja ga ada. Pokoknya kerja, kerja, kerja.)
Beberapa kali aku melihat konten konten slow living di youtube, dan aku sangat tertarik dengan itu.Walaupun ga harus sama persis juga. Tapi aku yakin banget suatu hari nanti aku bisa hidup dengan cara yang lebih lambat dan lebih bisa fokus pada moment moment kecil yang bikin bahagia. 

Dying!
Tentu saja. Untuk hidup yang lebih lambat tentunya harus ada ke stabilan terlebih dahulu kan. Sedangkan sekarang hidupku gonjang ganjing. Jadi inget pertanyaannya Hindia di lagunya "Kapan terakhir kali kamu dapat tertidur tenang?"
Ga tau deh. Makin lama kok makin ga tenang. Kadang rasanya pengen hilang semua beban ini. Tapi ya namanya beban mana bisa hilang kalau nggak dicari jalan keluarnya? Di cari penyederhanaanya. Tiap masalah ga akan bisa cepet di selesaikan sih. Kecuali kita cari dulu sumbernya lalu kita sederhanakan agar lebih mudah selesai. 
Rasanya hampir sekarat mempersiapkan semua itu. Dan lagi, lariku tak secepat yang lain. Langkahku juga tak seringan yang lain. Mencoba menenangkan diri di balik kalimat "Tiap orang punya rute nya masing masing" 
iya iya, tau!

Jadi bagaimana? Apakah masa depan sudah semakin dekat? Atau sebenarnya aku sudah berada disana.
Karena toh sekarang ini adalah masa depan dari aku yang dulu masih terjebak dalam diary hijau yang isinya seputar "menangis karna dimarahi ibu" 
Hahahaha.

How i see God with my heart

Jumat, 24 September 2021

Setiap orang punya pandangannya masing masing tentang bagaimana Tuhan baginya. Dan kita juga tak harus menjadikannya satu paham yang sama. Setiap orang bebas memutuskan ingin melihat dan menganggap Tuhan seperti apa.

Beberapa menganggapnya pemarah, beberapa lainnya menggapnya penyayang dan penuh toleransi. Beberapa menganggap hubungan mereka seperti tuan dan hamba, beberapa menganggapnya sebagai teman. Beberapa lainnya menganggap hubungannya seperti orang tua dan anak atau guru dan murid. Semuanya boleh boleh saja untuk diyakini, tidak ada yang salah.

Namun, dalam tulisan ini aku ingin menyampaikan kepada kalian bagaimana aku melihat Tuhan di dalam kehidupanku sehari hari.

Sering kali aku dibuat bingung dan tersesat dalam berbagai konsep ketuhanan. Beberapa kali ibuku berkata bahwa Tuhan akan marah jika aku melakukan A, melakukan B, dan lain sebagainya. Tuhan akan menghukumku kalau aku menjadi anak yang nakal. Hal itu membuatku menganggap Tuhan sebagai sosok yang pemarah. Dan selalu mempertanyakan "apakah iya seperti itu?"

Semakin lama, aku membaca banyak hal, banyak buku. Mendengar banyak kesaksian orang orang tentang betapa baiknya Tuhan kepada mereka. Lalu aku berpikir "ah, Tuhan tidak pemarah"
Lalu mulai banyak ku lihat kerusuhan yang terjadi atas nama Agama dan Tuhan. Mereka bilang, Tuhan mereka dihina dan harus dibela. Aku yang menontonnya dari televisi di rumah hanya tertegun sambil berpikir "Apakah iya begitu?"

Mungkin aku adalah salah satu manusia yang cukup sering menanyakan dan memikirkan eksistensi Tuhan. Maksudku aku percaya dengan konsep ini. Pasti ada suatu hal dibalik denyut nadi kita. Pasti ada sihir yang membuat semua itu bekerja. Ada nyawa yang tidak bisa kita ciptakan sendiri. 

Beberapa kali kudengar ilmu medis yang sudah berkembang mencoba membuat jantung buatan, paru paru buatan, dan lain lain. Itu bagus jika akhirnya manusia modern berhasil membuat cadangan spare part dan bisa mengganti bagian dari diri kita yang rapuh atau rusak. Tapi kembali lagi itu hanya mengganti, tapi tidak membangkitkan apa yang sudah tidak bekerja lagi. Manusia sejauh ini tidak bisa membuat baterai-nya. Dan itu sihir yang aku maksud.

Pernah suatu waktu aku menganggap bahwa Tuhan adalah pengabul keinginan. Seperti jika aku terus berdoa, menyembahnya, maka aku akan mendapatkan apa yang aku mau. Dan sepertinya itu juga motivasi orang orang dibalik ritual ritual keagamaan mereka. Melantunkan doa doa dan mantra yang baik, Memohon pengampunan atas segala dosa dosa yang telah di lakukan baik sengaja ataupun tidak. Mungkin memang benar Tuhan maha pengampun dan beliau selalu memberikan kita kesempatan kedua ketiga keempat sampai tak terhingga untuk bisa menjadi lebih baik. Tapi apa itu artinya dosa dosa kita dihapuskan begitu saja?

Saat kecil, aku melantunkan doa doa ku yang sangat polos, aku pernah meminta Tuhan untuk membuat ibuku tidak sering marah marah, dan apa yang aku minta tidak pernah terjadi. Aku pernah minta agar Tuhan membuat bapak membelikanku krayon saat SD, dan itu terjadi. Aku jadi ragu, apa Tuhan mensortir terlebih dahulu doa doa kita. Pasti beliau repot sekali mensortir banyaknya doa doa berbeda yang kuucapkan setiap hari

Semakin lama aku semakin sadar kalau sesungguhnya pekerjaan Tuhan tak sebanyak itu, karena sepertinya semua sudah tersistem sangat rapi dan adil, Sebuah sistem yang tidak pernah bisa kita hack. 

Misalnya begini, anggaplah kita seperti sedang menanam sayuran dan siap panen dalam beberapa bulan. Kemudian ternyata panen kita tak sesuai harapan. Beberapa sayur tak tumbuh dengan baik, tapi beberapa lainnya masih terselamatkan, ada beberapa lagi yang menunggu tumbuh lebih lama. Lalu apa yang harus kita lakukan? Tentu berusaha lebih baik merawat tanaman kita untuk panen berikutnya. 
Bukan meminta Tuhan untuk membuat panen kita kali ini mendadak berhasil dalam sekali kedip.

Nenek moyang kita paham betul dengan istilah tabur tuai. Tapi sayangnya manusia modern tidak begitu. Mereka tau tapi tidak mau menerima bahwa konsep ini sepenuhnya benar. Mereka masih berusaha untuk mengubahnya, dan berusaha meyakini diri sendiri bahwa hal hal ini bisa diubah.

Aku mencoba memikirkan hal ini pelan pelan. Meresapinya dalam konsep ke Tuhanan yang sudah lama membuatku bingung dan bertanya tanya, karena beberapa terdengar tidak masuk akal. Dari satu pernyataan menimbulkan pertanyaan yang berakhir dengan jawaban "memang begitu". Dan fakta bahwa mereka menganggapku begitu lancang terus menerus mempertanyakan bagaimana Tuhan sebenarnya.

Konsep tabur tuai ini akhirnya membuatku lebih bisa menerima. Dan ini lah yang aku yakini saat ini. Jika memang Tuhan adalah sesuatu yang bisa bicara dengan kita, suatu pembuat atau kreator dengan sistem maha besar ini. Sistem rumit yang sebenarnya punya satu konsep sederhana yaitu tabur tuai. Dunia ini berarti sebuah komputer raksasa dimana kita hidup dalam sebuah simulasi besar.

Jika kita salah dalam menanam, tentu saja kita tidak bisa panen sesuai harapan kita. Tapi tidak masalah karena sistem ini adalah sistem yang penuh toleransi, karena kita bisa berusaha lebih baik lagi untuk panen berikutnya. Terus menerus sampai akhirnya kita sampai pada tanaman tanaman yang sempurna yang dapat kita hasilkan. 

Dulu ada saat saat aku menyalahkan Tuhan, kenapa beliau tidak mendengar doaku atau mengapa tidak menolongku? Ternyata sebenarnya beliau pun tidak melakukan apapun untuk membantu kita selama ini, kita bergantung pada sistem tabur tuai itu. Selama ini diriku di masa lalu lah yang menentukan semua hal yang mungkin terjadi padaku di masa sekarang. Dan diriku di masa sekarang yang menentukan apa yang mungkin terjadi kepadaku di masa depan. Hidup adalah tanggung jawab kita masing masing. 

Lalu seperti apa aku melihat Tuhan? Sampai saat ini sesungguhnya aku masih belum benar benar tahu. Tapi aku cukup puas menganggap beliau sebagai teman yang baik. Teman yang misterius. Kadang aku juga menganggapnya seperti seorang ayah / ibu yang ingin aku hidup mandiri, berjuang di atas kakiku sendiri tanpa benar benar meninggalkanku. Memberikan clue seperti sedang mencari harta karun yang selamanya akan tetap tersembunyi. Ikut tersenyum saat aku mendapatkan makna dari setiap proses kehidupanku. Mengawasiku tanpa aku tahu. Dan siap menyambutku saat aku pulang, memuji pencapaianku tapi tetap memberi tahuku apakah aku harus mengulang kembali atau semuanya sudah cukup. Dia tidak mengabulkan permintaanku, dia hanya membuatku tau bagaimana cara mewujudkan keinginanku atas kesadaranku sendiri. 

Tidak masalah kamu ingin menganggap Tuhan seperti apa, tapi ingatlah untuk melihat beliau dari jantungmu yang berdenyut itu. Lihatlah dia tanpa kamu harus menyamakan konsep ke Tuhananmu dengan orang lain. Maka kamu akan melihatnya setiap saat. Di setiap hembusan angin, pada semut semut yang berjalan beriringan di tembok rumahmu, di mata seekor anjing yang penuh cinta kasih, di setiap kepakan sayap burung yang terbang rendah dan hinggap di ujung pagar rumahmu. Iya dia memenuhi duniamu.  
Tersenyumlah dan katakan hai padaNya.

hai again and again

Minggu, 25 Juli 2021

Ya, i write again here. Hahaha

So, what happen?
Hmm, a little bit chaos over here, but don't worry i can handle it. Cuma lagi berusaha lebih kuat utk mempertahankan diri yang berkali kali ke triger. Honestly, i am totally not in good condition right now. Hmmm, apa ya bilangnya? Goyah.

So many things in my head, but i just don't know how to tell it. It make me so quite. 
Sometime i just wondering, why people want a be a hero in someone else life? Like, seriosly? Cmon, you only can be a hero for yourself. Jangan ekspetasi deh mau lindungin orang lain, but di sisi lain sebenernya tuh kek lagi nyiapin ranjau yang bahkan bisa bikin orang lain mati.

Aku gak ngerti deh, apa saking ga mau ngakunya kalau dulu ngelakuin salah langkah? Apa segitu besar egonya pengen ambil segala keputusan sendiri. Kadang bingung juga kenapa udah tau kalau butuh kita, tapi seolah kita ga dilibatkan dan ga dibolehin ikutan mikir dan mesti terima keputusan yang udah di buat. Heiii, apa bedanya sama pemerintah? Dipilih rakyat untuk jadi panutan tapi gak pernah minta pendapat rakyat. Oh iya, mungkin dianggapnya lah kita ini rakyat jelata. Kek yang lu ga tau apa yang terjadi tiba-tiba di tagihin upeti.

Bukannya aku ga tau rasanya gimana, tapi aku tau banget karena toh aku ngalamin juga. Bedanya, aku memaksa masuk dan memaksa tau. Yah, daripada aku terus menerus mengasihani diriku sendiri, lebih baik mereka yang kasihan sama aku then ngomong dan kasih tau apa yang sebenernya terjadi 100% tanpa di tutup tutupin. Walaupun berat awalnya tapi at least udah mulai kekumpul sedikit sedikit. 

Tuhan tuh baik banget, memang dia itu bukan tukang kasih keajaiban kalau kita cuman diem doang ga lakuin apa apa, ga gerak, males juga kali. Laptop kalau kelamaan nge-lag aja kita matiin paksa. hahahah. Dunia ini juga mana mau bantu kalau kita diem. Sama kayak aku liat ada 2 case orang yang mesti aku bantu. Yang satu dia cuma diem aja ga ngapa-ngapain. Satu lagi usaha terus, cuman kayanya dunia belum berpihak ke dia, pasti kita bakal pilih yang udah usaha terus. 

Jadi please lah, tugas ga bakal pernah selesai kalau ga dikerjain. Dikerjain pun kadang cuma beres setengah. Tapi gpp at least ada yg selesai walaupun gak semua.

Memang sih yang paling susah itu adalah ngilangin ego. Dan anggep kalau peran utama di hidup ini adalah kita. Padahal sebenernya ya kita cuman peran peran pendukung di cerita orang lain. Ga ada yang jadi peran utama yang keliatannya selalu jadi pahlawan, selalu dapat bantuan, selalu dapat keajaiban, selalu habis gelap terbitlah terang, Halah, bulshit banget. Kalau lu ga jalan buat hidupin lampu, sampai kapanpun bakal gelap. Kalau lu ga jalan keluar buat cari cahaya, sampai kapanpun lu ga bakal liat cahaya.


hai again!

Senin, 19 Juli 2021

 Hai! After a long time, i am here.

Lagi pengen ngomongin keadaanku saat ini. Pertengahan bulan juli tahun 2021.
Over all i am okay. Good enough and still survive. Fyi, corona is still excist. But thats fine for me, even its not fine for someone else. Yah perlu di akui juga corona dan pandemi ini lah yang membawa ku ke keadaan yang sebenarnya sudah aku bayangkan sejak dulu.
Menjalankan bisnis, dan akhirnya punya waktu untuk fokus mengembangkannya.

Memang, corona yang membawaku resign, keluar dari zona nyaman, yang sebenarnya tidak nyaman nyaman banget juga. Mengambil banyak keputusan keputusan kecil yang akhirnya membawaku ke dalam hal besar. Makin lama makin ambisius, dan memaksakan energy yang sudah semakin menipis ini untuk memenuhi ambisi ku yang makin hari nampaknya semakin hebat saja.

Berita buruknya adalah, aku makin lama semakin mudah tersulut. Sepercik keputus asaan bisa membuatku jatuh ke lubang nestapa. Mengutukin diri sendiri, bertanya tanya kenapa aku tak begini, mengapa aku tak begitu? Mungkin benar kata mereka, dunia ini tidak pernah baik, masa depan suram. Mungkin benar kata mereka, impian impian itu ga ada artinya. Mungkin benar apa yang mereka rasakan, putus asa, bingung, gak ada yang bisa bantu. Meski for some reason yang bisa bantu diri kita sebenernya ya cuma diri sendiri. 
Memang kita berjuang, untuk mereka sekeras ini, meski mereka tak melakukan hal yang sama. Tapi tak apa, ketika alasan kita utk melakukan adalah utk kita sendiri, karena kita mau. Karena kita ingin, dan karena kita percaya.

Berita buruk lainnya, aku sedang mempertahankan ambisi itu, karena jika itu hilang, maka hilang juga harapanku untuk masa depan yang lebih baik. Mempertahankan ambisi ketika sekitar mulai kehilangan ambisi mereka. Mempertahankan nyala harapan ketika sekitar memilih untuk memadamkannya dan mundur perlahan. Sungguh sering kali aku merasa hal yang sama. Satu hari aku bisa jadi produktif, di hari lain aku mungkin adalah pribadi paling suram. 

I keep talking, bcs if i am quite i ll be so dying. Apa yang aku bilang ga bener bener aku rasakan. Semangat dan kepercayaan diri itu ga 100% ada. Aku hanya sedang meyakinkan sisi suram diriku untuk kembali lagi bersinar. Meski ia tau, aku sedang pura pura semangat saja. Terbawa emosi ketika yang lain terderngar putus asa. Seperti pimpinan perang yang menyemangati pasukannya, padahal sebagai pemimpin tak yakin akan benar benar menang. 
Tapi lebih baik mati di medan perang, daripada mati karena penyesalan tidak pernah berjuang dan hanya menonton di barisan belakang. Bersembunyi di tenda darurat. Lebih memalukan.

Mungkin aku akan maju sekali lagi. Berperang meski harus kesakitan dan penuh luka. Meski harus bertarung sambil menangis, atau menertawakan musuh yang sama sama ambisiusnya. Meski pada akhirnya yang aku lakukan tak ada artinya, meski pada akhirnya aku tak sampai juga, meski pada akhirnya ini hanya akan jadi cerita yang tak selesai, tapi tak apa. Karena sesungguhnya ini memang masih jauh dari kata selesai. Paling tidak, sudah berusaha untuk menyelesaikannya.

Start a new life

Rabu, 14 April 2021

 Hai, yuu here!

Hari ini hari Rabu, tanggal 14 April 2021. Dan 3 tahun setelah hari ini, semua yang aku tulis di postingan ini akan terwujud. Dengan bantuan semesta, banyak orang baik, banyak energi baik, dan tentunya karena diriku sendiri.

Saat ini meski belum sempurna, tapi sesungguhnya aku sudah mulai berlatih sedikit demi sedikit
Aku yakin banyak orang yang menganggap aku berbeda. Aku bukan lagi aku yang dulu di masa lalu. Karena aku tau ada masa depan yang sangat baik yang harus aku sambut dan akan menyambutku.

Saat itu semua kerja kerasku hari ini dan segala hal yang aku lakukan sekarang akan menemukan hasilnya. Aku akan melihat bapak dan ibu bisa hidup cukup dan tanpa banyak berpikir lagi. Bisa menikmati masa tua yang bahagia. Adik-adikku juga sukses semua, mereka semua bisa bekerja sama denganku. Bahkan kami selalu akur dan kompak juga.
Akhirnya aku bisa beli rumah seperti yang seriing aku bayangkan. Punya bisnis yang stabil dan karyawan yang loyal juga baik. Punya anak-anak yang bisa tumbuh sehat dan cerdas. Akhirnya jalan jalan keluar negri yang dulu hanya sebatas khayalan bisa bener-bener aku rasakan. Nginep di hotel yang dulu sering aku lihat di vlog artis artis juga bisa aku nikmati. Dunia bener bener baik banget. Semesta ini luar biasa sekali.

Seperti yang aku bayangkan juga, dan aku tau aku tidak salah pilih pasangan. Meski kadang terlibat perdebatan ringan yang berujung candaan, aku mempunyai kehidupan berpasangan yang sehat, saling mendukung satu sama lain. Aku tau itu, dan aku bahkan sudah merasakannya sejak awal.

Hubunganku dan keluarga keduaku juga luar biasa baik dan menyenangkan. Akhirnya kami bisa dikelilingi olah orang orang baik, aku bersyukur banget.

Terimakasih semesta. Aku tau ini semua berkat kekuatan kalian.

???

Sabtu, 10 April 2021

Hi!
Lama juga ya tidak menulis disini. 

Let me tell you about something. Sesuatu yang bikin aku ngerasa aneh banget belakangan ini.
Sesuatu yang lagi sering banget ngeganggu waktu aku lagi bengong.
Yah, bahkan waktu bengong pun aku gak ngebiarin diriku berhenti mikir.

What if, everything in this world is not real. Hanya sebuah simulasi atau tes. 
Gimana kalau ternyata adik-adikku ini nggak nyata. Orang tua, teman teman, pacar. What if they only exist when I stay around them. Terus sisanya mereka wuzzz, hilang. Atau tiba-tiba nge pause.
Mungkin aja kalau saat saat ketika aku nggak lagi komunikasi sama mas pacar, doi itu sebenernya lagi nunggu dan diem gitu. Doing nothing. Terus ketika waktu yang udah di tentukan entah oleh apa, doi akan telpon. Dan sistemnya baru on.

Gimana kalau sebenernya amarah-amarah, hinaan, pujian, dan apapun itu hanya salah satu bentuk ujian semesta aja. Yang harus kita lakukan bukan melawannya tapi hanya menerima dengan lapang dada, menyadari bahwa semua itu memang muncul untuk kita rasakan.
Aku pernah baca, sebelum Tuhan menciptakan rasa bahagia, kecewa, sedih, sakit, marah, beliau sudah pernah meresakannya. Thats why, ada yang bilang Tuhan tidak akan memberikan cobaan di luar batas kemampuan kita sebagai manusia. (Idk, i just don't like to say "umat") 
Aku lebih suka menyebut bahwa aku percaya kepadaNya dan aku adalah bagiannya juga.
Makanya suatu hari nanti aku bisa kembali lagi padaNya, dan itu sudah pasti.

Ngomong-ngomong tentang Tuhan yang nggak mungkin kasi cobaan di luar batas kemampuan kita. Jujur sih, dulu aku pernah ngerasa kalau aku nggak kuat juga sama kehidupan yang sangat sangat huwahh ini. Tapi semakin di lawan dan gak terima, justru yang ada makin berat. Padahal kan percaya aja kalau semua yang kita lakukan sekarang ini akan worth it juga pada akhirnya. Walaupun mesti remidi berkali kali. 

Padahal, sepertinya semua beban berat ini, semua rasa sakit hati, sedih, marah, kecewa, bahagia dan tawa ini, Tuhan ingin kita mengenal itu semua. Mengenal semua emosi yang mungkin ia ciptakan. Semakin banyak kita tau akan 'rasa' , semakin banyak kita bisa belajar untuk menerima berbagai 'rasa' itu. Dan semakin kita bisa berkata 'tidak apa apa' pada diri sendiri.

Kalau dianggap semuanya ini nggak real, harusnya nggak usah takut dan overthinking dong. Tinggal lihat ritme nya aja. Hidup kayaknya bener bener udah di buat seimbang. Jadi kalau susah susahnya udah banyak dihadapi sekarang, tau kan sisanya tinggal apa?

Yah, kalaupun tulisan tulisan ini cuma aku baca sendiri karena kalian semua itu sebenernya nggak real. Nggak apa apa kok.
 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS