Sudut Pandang

Kamis, 28 Maret 2019

Tau kenapa aku pilih-pilih kalau mau cerita ke orang?


Bukannya sebaiknya ngomong sama yang punya sudut pandang beda? Jadi bisa mengambil keputusan lebih baik lagi dari berbagai perspektif. 
Iya, nggak salah juga sih. Tapi kalau dipikir lagi, ngomong sama orang beda sudut pandang tapi sudut pandang orang itu nggak bisa kita terima sama sekali juga nggak guna. Yang ada malah marah, kesel, dan nggak ada penyelesaian. Nggak nenangin juga. Terus ngapain?

Gini. Memang nggak salah kok dan memang lebih baik juga kalau diskusi sama orang yang punya pemikiran berbeda dari kita. Jadi bisa intropeksi diri juga, apa ada pemikiran kita yang salah dan pemikiran orang itu lebih baik?
Tapi, sering kali tingkat toleransi kita terhadap pendapat orang lain itu beda-beda. Aku menyadari kalau ada beberapa orang yang aku percaya dan aku yakini pendapatnya dan ada yang tidak.
Efeknya adalah ketika orang yang aku percaya ini nggak setuju sama pendapatku dan dia punya pendapat sendiri, aku cenderung mengiyakan atau menerima tapi tidak meninggalkan juga prinsipku yang aku anggap benar sebelumnya. Soalnya pernah ada yang bilang ke aku kayak gini, "Lakuin aja apa yang menurutmu bener."

Maksudnya itu gini. Boleh aja kita kepengaruh sama pendapat orang lain, tapi tetep yang menentukan itu diri sendiri. Intinya lakuin apa yang menurutmu bener. Kalau nggak sreg ya jangan di lakuin. Jangan sampe nyesel belakangan cuma gara-gara kepengaruh sama omongan orang lain.

Kayak puzzle. Bentuk yang beda belum tentu bisa cocok dan bentuk yang sama pun juga belum tentu bisa cocok. Yang kita cari kan bukan orang yang punya kesamaan atau perbedaan. Tapi orang yang ngerti. Nggak masalah punya sudut pandang yang beda  ataupun sama asalkan ngerti. Karena kalau udah ngerti dan peduli meski sudut pandang beda tujuannya pasti tetep satu. Kalau sudut pandangnya sama tapi tujuannya beda yang tetep nggak bisa satu kan?

Jadi tau kenapa aku pilih-pilih kalau mau cerita sama orang?
Karena manusia emang lebih nyaman cerita sama orang yang ngerti. Itu kenapa aku ga terlalu dengerin pendapat orang yang nggak ngerti. Sama kayak kita nggak usah ambil pusing sama omongan netizen. Mungkin mereka punya pengalaman, tapi mereka nggak ngerti.

Selamat Ulang Tahun

Selasa, 05 Maret 2019

Mungkin nggak banyak yang tahu. Dan aku pun nggak sadar. Atau memang sebenarnya bukan ini yang sebenarnya aku rasakan.
Sampai suatu hari di hari ulang tahunku yang ke 22, saudariku mengatakan sesuatu.

"Kak aku pernah denger, katanya ada loh syndrom Birhtday Blues"

Apaan tuh?

"Iya, kamu tuh jadi selalu sedih kalau ulang tahun. Coba mundur berapa tahun deh kak, aku lupa kapan, tapi kamu selalu nangis pas kamu ulang tahun."

Tapi itu kan ada penyebabnya. 

"Iya sih, tapi kenapa selalu pas ulang tahun. Tahun ini juga."

Ya, cuma lagi melow aja suasananya kan dik. Liat aja tahun depan, ga begini kok.

Enggak tau kenapa, tapi aku ngerasa mungkin ada benarnya. Waktu udah deket deket ulang tahun selalu ngerasa lebih sensitif. Terlebih lagi selalu ada kata-kata udah nambah umur, harus berubah mulai sekarang, udah bukan anak kecil lagi , kata kata yang sama selalu setiap tahun. Apa itu tandanya aku tidak pernah menunjukkan kemajuan jadi lebih dewasa, makanya selalu dibilang sekarang bukan anak kecil lagi. Sensitif banget ga sih?

Setiap ulang tahun, rasanya kayak orang-orang berharap aku lebih, lebih, dan lebih lagi dari sebelumnya. Nggak cuma umur yang nambah, tapi semuanya.
Ada harapan harapan yang menjadi alasanku untuk terus bertahan dan berjuang.
Tapi ada juga harapan-harapan yang membuatku tertekan.

Kadang rasanya mengharapkan kejutan. Tapi disisi lain, aku lebih suka mendekam di kamar saja. Sembunyi dibalik selimut. Tidak mau ada acara keluar, tidak mau ada perayaan. Tapi mereka sudah merencanakannya, dan sudah budaya di keluarga kecil kami, kalau ada yang ulang tahun pasti makan keluar atau setidaknya ada perayaan meski sederhana.
Aku senang, tapi entah kenapa rasanya lelah. Bisa dialihkan aja nggak perayaannya jangan di hari H.

Sampai akhirnya ternyata ada yang sama. Tidak suka perayaan.
Tapi aku iseng aja bilang "itu kan tandanya mereka care." tapi aku tertawa saat mengatakan.
Aku senang ada yang mengucapkan selamat ulang tahun. Hanya saja, ada sesuatu perasaan lain yang masih belum aku ngertiin. Ya, sesusah itu ngertiin diri sendiri.

Nah!
Happy Birthday To You!
Karna lagi jauh jadi aku ga bisa kasi kejutan, tapi kayaknya sama aja meskipun lagi deket. Paling-paling aku traktir kamu makan pizza. Tapi makan dirumah aja sambil nonton film ya. Kayaknya aku mageran orangnya. Apalagi kalau hari kerja.

Kado sudah aku kirim setiap hari. Jadi jangan minta lagi.
Apalagi laptop sama Samsung S12. Itu nanti ya.
#Nantiya #NANTIYA



 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS