Let's talk about : Future

Kamis, 30 September 2021

 Ngomongin tentang masa depan ada dua perasaan yang selalu muncul ketika memikirkannya.
Yang pertama adalah excited! dan yang kedua adalah dying. Iya, sangat bertolak belakang bukan?
Tapi aku punya alasan kenapa selalu dua perasaan itu yang muncul.

Excited!
Yaps, ketika aku memikirkannya aku selalu membayangkan sebuah kehidupan sederhana dimana aku bisa hidup dengan cara hidup yang lebih lambat dari biasanya. (Sekarang? Rasanya hidup kayak di kejar setan bernama TARGET. Terpaksa hidup serba cepat. Bahkan buat bengong bengong pagi pagi aja ga ada. Pokoknya kerja, kerja, kerja.)
Beberapa kali aku melihat konten konten slow living di youtube, dan aku sangat tertarik dengan itu.Walaupun ga harus sama persis juga. Tapi aku yakin banget suatu hari nanti aku bisa hidup dengan cara yang lebih lambat dan lebih bisa fokus pada moment moment kecil yang bikin bahagia. 

Dying!
Tentu saja. Untuk hidup yang lebih lambat tentunya harus ada ke stabilan terlebih dahulu kan. Sedangkan sekarang hidupku gonjang ganjing. Jadi inget pertanyaannya Hindia di lagunya "Kapan terakhir kali kamu dapat tertidur tenang?"
Ga tau deh. Makin lama kok makin ga tenang. Kadang rasanya pengen hilang semua beban ini. Tapi ya namanya beban mana bisa hilang kalau nggak dicari jalan keluarnya? Di cari penyederhanaanya. Tiap masalah ga akan bisa cepet di selesaikan sih. Kecuali kita cari dulu sumbernya lalu kita sederhanakan agar lebih mudah selesai. 
Rasanya hampir sekarat mempersiapkan semua itu. Dan lagi, lariku tak secepat yang lain. Langkahku juga tak seringan yang lain. Mencoba menenangkan diri di balik kalimat "Tiap orang punya rute nya masing masing" 
iya iya, tau!

Jadi bagaimana? Apakah masa depan sudah semakin dekat? Atau sebenarnya aku sudah berada disana.
Karena toh sekarang ini adalah masa depan dari aku yang dulu masih terjebak dalam diary hijau yang isinya seputar "menangis karna dimarahi ibu" 
Hahahaha.

How i see God with my heart

Jumat, 24 September 2021

Setiap orang punya pandangannya masing masing tentang bagaimana Tuhan baginya. Dan kita juga tak harus menjadikannya satu paham yang sama. Setiap orang bebas memutuskan ingin melihat dan menganggap Tuhan seperti apa.

Beberapa menganggapnya pemarah, beberapa lainnya menggapnya penyayang dan penuh toleransi. Beberapa menganggap hubungan mereka seperti tuan dan hamba, beberapa menganggapnya sebagai teman. Beberapa lainnya menganggap hubungannya seperti orang tua dan anak atau guru dan murid. Semuanya boleh boleh saja untuk diyakini, tidak ada yang salah.

Namun, dalam tulisan ini aku ingin menyampaikan kepada kalian bagaimana aku melihat Tuhan di dalam kehidupanku sehari hari.

Sering kali aku dibuat bingung dan tersesat dalam berbagai konsep ketuhanan. Beberapa kali ibuku berkata bahwa Tuhan akan marah jika aku melakukan A, melakukan B, dan lain sebagainya. Tuhan akan menghukumku kalau aku menjadi anak yang nakal. Hal itu membuatku menganggap Tuhan sebagai sosok yang pemarah. Dan selalu mempertanyakan "apakah iya seperti itu?"

Semakin lama, aku membaca banyak hal, banyak buku. Mendengar banyak kesaksian orang orang tentang betapa baiknya Tuhan kepada mereka. Lalu aku berpikir "ah, Tuhan tidak pemarah"
Lalu mulai banyak ku lihat kerusuhan yang terjadi atas nama Agama dan Tuhan. Mereka bilang, Tuhan mereka dihina dan harus dibela. Aku yang menontonnya dari televisi di rumah hanya tertegun sambil berpikir "Apakah iya begitu?"

Mungkin aku adalah salah satu manusia yang cukup sering menanyakan dan memikirkan eksistensi Tuhan. Maksudku aku percaya dengan konsep ini. Pasti ada suatu hal dibalik denyut nadi kita. Pasti ada sihir yang membuat semua itu bekerja. Ada nyawa yang tidak bisa kita ciptakan sendiri. 

Beberapa kali kudengar ilmu medis yang sudah berkembang mencoba membuat jantung buatan, paru paru buatan, dan lain lain. Itu bagus jika akhirnya manusia modern berhasil membuat cadangan spare part dan bisa mengganti bagian dari diri kita yang rapuh atau rusak. Tapi kembali lagi itu hanya mengganti, tapi tidak membangkitkan apa yang sudah tidak bekerja lagi. Manusia sejauh ini tidak bisa membuat baterai-nya. Dan itu sihir yang aku maksud.

Pernah suatu waktu aku menganggap bahwa Tuhan adalah pengabul keinginan. Seperti jika aku terus berdoa, menyembahnya, maka aku akan mendapatkan apa yang aku mau. Dan sepertinya itu juga motivasi orang orang dibalik ritual ritual keagamaan mereka. Melantunkan doa doa dan mantra yang baik, Memohon pengampunan atas segala dosa dosa yang telah di lakukan baik sengaja ataupun tidak. Mungkin memang benar Tuhan maha pengampun dan beliau selalu memberikan kita kesempatan kedua ketiga keempat sampai tak terhingga untuk bisa menjadi lebih baik. Tapi apa itu artinya dosa dosa kita dihapuskan begitu saja?

Saat kecil, aku melantunkan doa doa ku yang sangat polos, aku pernah meminta Tuhan untuk membuat ibuku tidak sering marah marah, dan apa yang aku minta tidak pernah terjadi. Aku pernah minta agar Tuhan membuat bapak membelikanku krayon saat SD, dan itu terjadi. Aku jadi ragu, apa Tuhan mensortir terlebih dahulu doa doa kita. Pasti beliau repot sekali mensortir banyaknya doa doa berbeda yang kuucapkan setiap hari

Semakin lama aku semakin sadar kalau sesungguhnya pekerjaan Tuhan tak sebanyak itu, karena sepertinya semua sudah tersistem sangat rapi dan adil, Sebuah sistem yang tidak pernah bisa kita hack. 

Misalnya begini, anggaplah kita seperti sedang menanam sayuran dan siap panen dalam beberapa bulan. Kemudian ternyata panen kita tak sesuai harapan. Beberapa sayur tak tumbuh dengan baik, tapi beberapa lainnya masih terselamatkan, ada beberapa lagi yang menunggu tumbuh lebih lama. Lalu apa yang harus kita lakukan? Tentu berusaha lebih baik merawat tanaman kita untuk panen berikutnya. 
Bukan meminta Tuhan untuk membuat panen kita kali ini mendadak berhasil dalam sekali kedip.

Nenek moyang kita paham betul dengan istilah tabur tuai. Tapi sayangnya manusia modern tidak begitu. Mereka tau tapi tidak mau menerima bahwa konsep ini sepenuhnya benar. Mereka masih berusaha untuk mengubahnya, dan berusaha meyakini diri sendiri bahwa hal hal ini bisa diubah.

Aku mencoba memikirkan hal ini pelan pelan. Meresapinya dalam konsep ke Tuhanan yang sudah lama membuatku bingung dan bertanya tanya, karena beberapa terdengar tidak masuk akal. Dari satu pernyataan menimbulkan pertanyaan yang berakhir dengan jawaban "memang begitu". Dan fakta bahwa mereka menganggapku begitu lancang terus menerus mempertanyakan bagaimana Tuhan sebenarnya.

Konsep tabur tuai ini akhirnya membuatku lebih bisa menerima. Dan ini lah yang aku yakini saat ini. Jika memang Tuhan adalah sesuatu yang bisa bicara dengan kita, suatu pembuat atau kreator dengan sistem maha besar ini. Sistem rumit yang sebenarnya punya satu konsep sederhana yaitu tabur tuai. Dunia ini berarti sebuah komputer raksasa dimana kita hidup dalam sebuah simulasi besar.

Jika kita salah dalam menanam, tentu saja kita tidak bisa panen sesuai harapan kita. Tapi tidak masalah karena sistem ini adalah sistem yang penuh toleransi, karena kita bisa berusaha lebih baik lagi untuk panen berikutnya. Terus menerus sampai akhirnya kita sampai pada tanaman tanaman yang sempurna yang dapat kita hasilkan. 

Dulu ada saat saat aku menyalahkan Tuhan, kenapa beliau tidak mendengar doaku atau mengapa tidak menolongku? Ternyata sebenarnya beliau pun tidak melakukan apapun untuk membantu kita selama ini, kita bergantung pada sistem tabur tuai itu. Selama ini diriku di masa lalu lah yang menentukan semua hal yang mungkin terjadi padaku di masa sekarang. Dan diriku di masa sekarang yang menentukan apa yang mungkin terjadi kepadaku di masa depan. Hidup adalah tanggung jawab kita masing masing. 

Lalu seperti apa aku melihat Tuhan? Sampai saat ini sesungguhnya aku masih belum benar benar tahu. Tapi aku cukup puas menganggap beliau sebagai teman yang baik. Teman yang misterius. Kadang aku juga menganggapnya seperti seorang ayah / ibu yang ingin aku hidup mandiri, berjuang di atas kakiku sendiri tanpa benar benar meninggalkanku. Memberikan clue seperti sedang mencari harta karun yang selamanya akan tetap tersembunyi. Ikut tersenyum saat aku mendapatkan makna dari setiap proses kehidupanku. Mengawasiku tanpa aku tahu. Dan siap menyambutku saat aku pulang, memuji pencapaianku tapi tetap memberi tahuku apakah aku harus mengulang kembali atau semuanya sudah cukup. Dia tidak mengabulkan permintaanku, dia hanya membuatku tau bagaimana cara mewujudkan keinginanku atas kesadaranku sendiri. 

Tidak masalah kamu ingin menganggap Tuhan seperti apa, tapi ingatlah untuk melihat beliau dari jantungmu yang berdenyut itu. Lihatlah dia tanpa kamu harus menyamakan konsep ke Tuhananmu dengan orang lain. Maka kamu akan melihatnya setiap saat. Di setiap hembusan angin, pada semut semut yang berjalan beriringan di tembok rumahmu, di mata seekor anjing yang penuh cinta kasih, di setiap kepakan sayap burung yang terbang rendah dan hinggap di ujung pagar rumahmu. Iya dia memenuhi duniamu.  
Tersenyumlah dan katakan hai padaNya.

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS